Minggu, 29 Mei 2016

Igang

Igang

gadis manis mandiri
berpulang dini hari tadi
padahal ini bulan mei
walau bukan jaman kompeni lagi

ibuku bilang kau kakak dari nenekku
bahkan aku lupa akan hal itu
yang ku tau hanya dirimu
susah payah memboyong air ke bak mandimu

guratan guratan indah melukis wajahmu
entah dalapan puluh, sembilan puluh atau seratus
namun senyummu masih terasa seusia remaja
lebih lucu dari senyuman balita

oh.. yang maha kuasa
sekiranya engkau lebih sayang kepadanya
menjemputnya dengan kencana berwarna hijau
selamat bahagia kekal dan kami menyayangimu

Selasa, 24 Mei 2016

Hujan

Hujan


hujan pagi itu, gerimis tentang rindu
rintik hujan melukis pada kanvas-kanvas jendela
sebagiannya mewarnai dedaunan dan kayu jati
aku sedikit ragu sinyalku tak sampai
sedikit frekuensi nada nada rindu hilang disetiap tetesnya

buku buku yang berdebu
dan secangkir kopi memboyong rasa rindu
kenangan yang terselip pada buku candu merindu
halaman tujuh bait ke sepuluh
aku masih tersenyum melihatmu
ditenggukan kedua dalam imajiku

dapatkah teori teori menjelaskan rindu?
disini aku melukis gundah
tak ada istilah bahkan sinonim rindu menurutku
hanya ada egoku yang ingin bertemu dan memelukmu

Jumat, 20 Mei 2016

Kosong Tak Berisi

Kosong Tak Berisi


kosong tak berisi
tak berdaya sekali
kosong tak berisi
hening sunyi sendiri
kosong tak berisi
semua pasti kembali
kosong tak berisi
dan kosong tak berisi

aku manusia, berjejak tak berjejak
pada kisah didunia, tercatat diakhirat

aku manusia, berjejak tak berjejak
puisi tentang kisah
yang ku tulis sendiri
pada lembar kosong takdir

kosong tak berisi
ini harga mati
kosong tak berisi
hidup tidak abadi
kosong tak berisi
semua pasti kan pergi
kosong tak berisi
dan kosong tak berisi



Minggu, 15 Mei 2016

Usus Buntu

Usus Buntu

sejak kapan kau disana?
memalsu pilu melulu
selamat pagi kamis
kamis bengis, bumi menangis, dia mengikis

anakku benci beton raksasa menjulang tinggi
itu menakutinya, aku pindah ke desa
anakku takut laut
kenapa anakku takut membuka pintu?
saat itu air selutut
padahal rumahku di mahameru

guratan kecil
terenyuh diusia tujuh puluh
hadir setia mendampingi

Selasa, 10 Mei 2016

Sepergi Gadis

Sepergi Gadis

terlalu rekat kau memeluku
aku letih dan kau memacuku
kau tumbuh terlalu cepat
amarah berlokasi diperempatan jenuh 24

sabar adalah kasih setia
mungkin kau lupa dengan biru
bukan seorang lelaki pemalu
secarik kertas ungkapan rindu minggu lalu

pekan itu mungkin kau gelisah
resah berakhir pasrah gerah dan kau lepas
pergi mencari rindang pohon yang lebih teduh
buah buah nikmat hasil pupuk mewah

masih ada jejakmu didahan yang mengelupas
bekas jerat tail berayun
saat dimana kau tersenyum lebar

Betina

Betina


datang dan pergi seperti lalat mencari kebusukan
berkicau kicau merdu, meludah dan ditelan kembali
kadang betina lupa diri, entah pikun atau migren
namun betina penghibur terkadang lebih jujur dari betina yang menjual janji dan cinta

menyajikan hidangan cinta dengan menu dan porsi pariasi
semangkuk sumpah serapah, sepotong roti isi hati dan segelas cinta oplosan
ada menu lain?
namun semua menu sama saja menyajikan rasa sakit diuluhati
membuat lidah gatal ingin mencaci maki!

hmm.. kau sepertinya betina burung dara
terlalu lenjeh! murahan! kepakan sayap tebar pesona!
mungkin kau betina remaja
terlalu kekanak kanakan!
menerjemahkan serat serat cinta pada bulu bulu cendrawasih

kau bukan elang sebaiknya jangan bicara cinta
tau apa kau tentang cinta sejati?
dasar betina!

Sabtu, 07 Mei 2016

Dibelahan Dunia Lainnya


Dibelahan dunia lainnya
kemanusiaan hanyalah omong kosong
merdeka hanyalah mimpi bagi orang berakal
nurani mengikis dan sebagian manusia tidak pantas disebut sebagai manusia

dimana letak kemuliaan manusia yang beradab
hak asasi? apa hak untuk intimidasi? kriminalisasi?
bukankah kau terlahir dengan kasih sayang?
bayangkan bagaimana mereka makan, minum, mandi dan tidur dengan gelisah?
untuk diam satu detik pun mereka takut.
hujan rudal tak mau reda, ribuan liter darah tak mau berhenti
masih saja kau sibuk sendiri padahal ribuan saudaramu terbujur kaku mati berserakan

dimanakah nurani simbol kemanusiaan?
setan dan iblis lebih peduli, lebih simpati bahkan empati memberikan senyuman pada mayat mayat yang terkapar setengah menangis.

Bukankah manusia bersaudara?

Jumat, 06 Mei 2016

Masa ku adalah masa mu


Masa ku adalah masa mu
namun, jika masa ku telah habis
maka muncullah eramu, dan kau pahlawanku
era dimana kau merawatku, mangkafaniku, menguburkanku dan mendoakanku

sebongkah mayat yang kan membebanimu, aku ayahmu

masa ku adalah masa mu
ditengah masaku kau hadir sebagai kebahagiaan
kado terindah dari tuhan, ujarku sangat beruntung
pada masa ku, demi masa ku, ku tak berjuang sendiri

mendidikmu, merawatmu, mengajarkan mengaji, budi pekerti, sedikit ilmu fiqih dan nurani peduli

kini jika harus habis masa ku
dan masa mu adalah masa nya
masa dimana kau menjadi aku dan dia menjadi dirimu
ulurkanlah terus jalan menuju surga
ulurkanlah, ulurkanlah.. jangan sampai terputus

karena masa nya adalah masa anak,cucu, cicit mu wahai anakku.

Aku yang menjadi aku


Meringkuk malu dipulau sebrang
bibir ini hanya pinjaman
pandangan sendiri terkadang lebih tajam dari pandangan kebanyakan orang
tak sadari diri paling egois, menganggap kebenaran adalah diri sendiri.
andai pikiranku dapat menjamah, menerjemahkan jutaan pemikiran manusia lainnya
andai perasaanku dapat menjamah memahami miliaran jiwa yang ada maupun yang telah tiada
aku yakin berkata satu huruf pun aku tak kuasa karena aku bukan apa-apa dan bukan siapa siapa dibanding mereka yang memiliki kisah yang luar biasa semasa hidupnya
dibalik umur manusia yang terbatas aku hanya bisa mengalami sedikit kejadian yang bisa dialami masing masing individu. lantas tau apa aku?
dibalik langkah terbatas manusia, aku hanya bisa sangat sedikit mengenal sekian banyak dari individu.

Kamis, 05 Mei 2016

Mendusta berkata


Mendusta berkata
bicara bicara tak tau makna
terus berkata secara berkala
janji janji berbuah indah diingkari

berkata ya.. ya dan ya
lagi lagi tidak.. tidak dan tidak
mungkin sakit mata?
atau kau tidak bisa membaca?
barangkali tuli? atau tak tau diri?
apa karena sudah termakan ucapan sendiri?
dasar kau..
pendusta kata!
tak tau malu!
kau manusia?
atau benalu?

ah sudahlah..
boikot saja mimpi indahnya!

Selasa, 03 Mei 2016

Bercak Darah 45

Bercak Darah 45


Dengan latar selalu tertindas
dan harapan yang tak pernah tuntas
dengan semangat 45
kami bersatu untuk merdeka

jatuh bangkit berdarah dan membiru
takkan pernah lelah untuk berseru
Merdeka! Merdeka! Merdeka negeri Ku!
Merdeka! Merdeka! Merdekalah!

bercak darah yang dulu basah
telah mengering ditanah ini
tanah yang tak pernah terlupakan
tanah air Indonesia!

dan Merdeka! Merdeka! Merdeka negeri Ku!
Merdeka! Merdeka! Merdekalah!

mereka punya senjata!
kami punya jiwa!
mereka punya tujuan!
kami punya alasan!
untuk mempertahankan tanah pertiwi dari segala sengsara dan nestapa!

maka, Merdeka! Merdeka! Merdeka negeri Ku!
Merdeka! Merdeka! Merdekalah!

Minggu, 01 Mei 2016

Demi dirimu, Aku Imammu

Berandai aku memujamu
menjamu senyum senja ku tunggu
masih menunggu dengan sabarku
ku mencangkul memukul
berbaris menggaris
mencukur mengukur
menulis melukis, melakukan apapun asalkan tak mengemis

dengan kodrat aku menunggu
demimu, aku imammu

tak ada waktu merawat diri
mudaku sibuk sendiri
walau ini berawal dari mimpi,
namun kasih bangunlah!, lihat istana kecil harta sendiri,
sedikit halaman dan sejuta senyuman
kelak tempat dimana kelak berkebun bersama,
alat secukupnya untuk hidup beribadah,
serta dua cincin dengan radar tak terputus

wahai kasihku,
tiada daya dengan kebanggaan,
terlahir tanpa sehelai kain sekalipun
jika engkau kasihku,
sudikah hidup dengan seorang pemimpi?

Bukan Kartini

Dua gadis kecil bergandeng tangan
dibalik bilik bambu kuning kelabu
Dua gadis masih menunggu
duduk gelisah menanti ibu

Dua gadis masih menunggu
lupa umur terbilang waktu
Satu gadis masih menunggu
sejak dulu yatim piatu