Rabu, 27 April 2016

Takut

Aku takut,
semua kata telah dipergunakan oleh para pujangga,
atau para penggila pena dan ahli sastra,
Aku takut,
jika harus kehabisan kata,
aku takut jika tidak bisa mengungkapkan semua isi hati ini padamu

Kucing Malas

Jadikan aku bait sastra yang kau ucap
berikan aku istilah pengganti nama dalam kalimat
jutaan lidah kaku menjulur menjadi saksi
nggan jujur basa basi akal budaya

tertatih meringkuk malu aku bertanya
tiada tuhan yang tak menganggap dirinya tuhan,
tiada malu tanpa kecacatan,
bisik lembut arogan, bela diri dalam tempurung tak bercela

jerat jerit pita suara
memohon ampun tiada tara
andai ada kehidupan kedua,
ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh, kedelapan, dan ..
kucing malas masih berhitung untung rugi dari pagi.

Senin, 18 April 2016

Janji

terbendung dalam emosi,
terkemas dalam sebuah cerita,
terdiam aku berkaca.
namun langit tak mau kalah
ia berbisik lewat hujan di pagi buta.

bahasa lidah tak bertulang
menyanjung memuji berdusta melata

ibu, aku bukan siapa siapa
terkutukah pagi ini jika aku tak bermanfaat baik?
ayah, apakah aku lelaki?
dapatkah lelaki hidup tanpa bersimbah darah?

masih bernyanyi dengan alasan cuti
ingkari janji, aku berdosa
egois ku ingin selalu sempurna
lebih egois kenyataan yang mengekang mimpi-mimpi malam
lebih egois kematian sebagai takdir yang mutlak
masihkah aku egois?

ia menamakan dirinya kiamat
mengancamku jika aku berbuat baik
ia berjanji jika dunia tanpa kejahatan ia akan hadir dengan mimpi buruk tiada akhir
ia orang baik dengan janji tiada ingkar


Jumat, 15 April 2016

Roti isi 70 Tahun

16 April 2065, seorang kakek genap berumur 70 tahun. Dimana siang itu ia rela bersusah payah berjalan kaki menggusur-gusur sebuah kerdus mie instan berisi ratusan lembar kertas ke kantor pos, renta tak mengeluh ia terus berjalan dengan susah payah menempuh jarak 1,4 KM dari rumahnya dibantu dengan troli butut dan sebilah pipa besi panjang yang membantunya berjalan setengah mati hanya demi keinginannya diusia 70 itu.


ia terlihat amat kumuh seakan seluruh lekuk tubuhnya telah berkarat dan kulit-kulitnya mengkerut seperti karet limbah yang bertebaran ditengah kota. semua kota di seluruh negeri telah tandus, banyak dari

Rabu, 06 April 2016

Sanjung menanggung

Sanjungan melambung tinggi seperti gelembung
terbias cahaya mencipta pelangi.
Namun na'as terbang terlalu tinggi membuatnya pecah dan lenyap.

Bangga seperti dongkrak pada kepala dari leher, semakin bangga semakin terdongkrak kepala hingga terlepas dari lehernya.

Sabtu, 02 April 2016

Siklus monyet

Siklus monyet

Kecil beranjak remaja,
Mulai bahagia mengenal cinta
Inginnya selalu bersama,
Namun,
Akhirnya seperti drama

Remaja menuju dewasa,
Cinta mengajarkan rela rasa, bahagia tak harus sama.

Aku Hina

Aku Hina

Mata ini lebih busuk dari bangkai Mamot 1 juta tahun silam,
lebih menjijikan dari hal yang dihinakan.

Akal ini menghina sang pencipta dari kodratnya.
Menentang semua jalur dan menendang Budi Luhur.

Aku Pendosa Pemakan lahar panas Neraka,
Tertawa gila bah raksasa, lalu melepuh
Meleleh,
meledak,
menjadi abu,
tak tahu malu

Umur terguras waktu,
Hitam menjadi Putih,
Sesal mendarah-daging,
hingga mati sudi tak sudi menghampiri

Air

Air

Aku Air dimanapun engkau berpijak
Aku Air yang menggenang keruh dipermukaan
Aku Air yang kan kembali ke langit
dan aku Air yang kan mutlak jatuh membasahi bumi

Aku Air yang terhisap ego tanah
Aku Air yang selalu engkau tenggak saat haus mencekik
Aku Air sekedar pembasuh kulit yang lusuh
Aku Air yang kan terus mengalir

Aku Air yang kan tetap menjadi Air
Namun jika bias cahaya menemani pengecualian berkata bahwa aku adalah pelangi

Jumat, 01 April 2016

Tahta, Harta, dan Wanita

Seseorang masih menjaga Tahta-nya dengan baik.
Ia menaruh mahkotanya bukan dikepalanya, melainkan pada nuraninya.

Seseorang masih menjaga Harta-nya dengan baik
Ia menjaga setiap senyuman pada orang terkasihnya tanpa terkecuali setiap orang disekitarnya.

Seseorang masih menjaga Wanita-nya dengan baik.
Ia masih memuliakan istrinya dengan tutur kasih cinta tiada tara.

namun,

Seseorang masih menjaga dirinya dengan baik.
membaktikan dirinya sebagai manusia yang berakal, bernurani, bermoral, sebagai wadah kasih sayang pada seluruh semesta sebagai rasa bakti pada sang pencipta.

Sorak Serak Sajak Pahlawan

Sorak Serak Sajak Pahlawan



Ziarah usang para pendosa
meringkuk malu pada tuan kesayangan
pijar pudar sedikit remang,
masih berhitung dalam kubus kecoklatan

belati ia bersaksi dini hari
sebilah harapan goresan kecil di uluhati
sadar tak sadar masih menyanyi lagu kemarin
"Merdeka rakyatku, Bukan hamba sahaya"

tahun selanjutnya mereka bernyanyi
kedap menyekap gema terpantul
mendekap haru layulah sang melati
seragam lusuh agak tutul

windu selanjutnya,
sebongkah mayat masih bernyanyi
rangka terputus rapuh tak terusung
"merdeka rakyatku, neraka bukan tempat yang indah...
Maka merdekalah rakyatku".

Dosa Pendoa

Dosa Pendoa


perantara tak berjasa.
Lelah menata melupakan harta berharga.
Jasad membiru tak membeku.
Tak ada haru bahkan tangis sedu.

Bukan syair yang ku baca.
Ini bait bait indah yang menjanjikan surga.

Jika doa menjadi harapan.
Jika tindakan dapat diamalkan.
Jika lisan dapat serapih tulisan.

Jika hati merasa tak tenang, lebih baik kembali diam.

hunuskan sastra kata dari mulutku
tikam asa dengan doa para hamba

berikan lidah-lidah bijaksana
resapkan pikir sang ahli tafsir
kepulkan doa, bermunajat dan aku bermunajat
hapuskan pekat laknat lelah penantian hari kiamat
oh.. sang bijaksana hanyalah diri sendiri.   

Jika Manusia Mulia

jika tuhan memiliki jari, Ia hanya perlu menjentikan jarinya untuk merenggut semua umur yang tersisa pada manusia.
jika manusia mengetahui umurnya, seberapa panjang list kegiatan yang ia buat untuk menghabiskan waktu yang ia punya?
jika manusia lebih mulia dari makhluk lainnya, pasti ia tak akan mampu membatasi dirinya untuk berbuat baik dan mulia untuk siapapun.

Bisu Puisi

Bisu Puisi

Ajari aku berlayar wahai angin timur.
Menerjemahkan semua kata baku dan kata resapan dinadi-nadi sastra.
Kata dan gambar memang bukan anak kembar.
Mereka lahir dari imajinasi yang terukir pada secangkir kopi dini hari.
Gersang merindu hujan menjenuh, lelah bertanya hanya bergemuruh.
Gagu mendayu, mungkin itu puisi tanpa suara.

Tapa-zinasi

Tapa-zinasi

Menyelam lebih dalam pada sukma alam.
Diamku tak ada habisnya ditelan waktu.
Ruang waktu menjepit, kini ku terhimpit.
Sedikit ruang pada khayal.
Mundur selangkah dan biarkan aku menikmati khayal khayal yang kan menjadi nyata esoknya.

Wasana

Wasana

candala karena punya malu,
meski dersik terus berhembus,
pancarona di ujung perbatasan,
klandestin berkumpul untuk merdeka.
eunoia yang ku temukan,
mudita yang diperuntukan,
hati dari abhati,
menghapus risak dan rundung mimpi.