Senin, 28 Maret 2016

Setidaknya

Setidaknya mata selalu berbisik pada otak, akal dan nuranimu atas apa yang ia telah liat. hanya saja kadang akalmu membeku dan nuranimu menggeras lebih dari batu seolah acuh tak acuh pada kejujuran mata dan rasa manusiawimu sendiri.
Ataukah telah hilang lebel manusia yang kau sandang dengan kebanggaanmu? Harga dirimu? Jabatanmu? Hartamu? Ilmumu? Atau sekalipun segala yang kau punya?
Semut kecil ini heran mengapa otak manusia seiring jaman mengkerucut.

Lebih tepat mungkin mengkerut menjadi ampas yang terabaikan.

Simpati empati tanpa kata tapi.
Televisi hanya menayangkan deorama murahan.
Detik detak, tik dan tok dan waktu terus menyita nyawaku baik terpejam atau melotot sekalipun.
Wahai bidadari surga pembawa gelas anggur, maukah engkau menunggu sedikit lama untukku disana?

Karena egoisku terlalu besar ia tak dapat membendung keinginan yang mulia, keinginan yang kotor seperti halnya dunia dengan gelap terangnya.

Biarkan aku bernafas dengan paru-paru dunia. Meski naif hidup seribu tahun dengan berpura-pura.


Berpura-pura bahwa neraka siap menjamu kapanpun kau ingin menjadi tamu atau sebagai penghuni nantinya.
Mereka senang menjamu dengan merah yang tak pernah ku lihat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar